Showing posts with label Dongeng. Show all posts
Showing posts with label Dongeng. Show all posts

Wednesday, July 24, 2013

#084 Kura-Kura Yang Tidak Tahu Terima Kasih



Dahulu kala, ada pesta di langit; semua burung diundang ke pesta itu oleh orang-orang langit. Kura-kura sangat pintar dan sangat lapar. Sedengarnya dia tentang pesta besar itu, dia mulai merencanakan bagaimana pergi ke langit.

Kura-kura pergi ke rumah burung-burung dan meminta mereka kalau dia bisa pergi bersama mereka. Burung-burung setuju dan setiap mereka memberikannya sehelai bulu, yang dengan itu membuat sepasang sayap untuk kura-kura.

Hari besar itu datang, kura-kura dan burung-burung terbang dalam perjalanannya ke langit.


Akhirnya burung-burung itu dan kura-kura sampai ke pesta. Orang-orang di langit mengundang burung-burung untuk makan makanan enak yang telah mereka persiapkan, tetapi kemudian kura-kura bertanya, “untuk siapa kamu mempersiapkan pesta ini?”

“Untukmu, karena kamu adalah hewan yang spesial,” balas orang-orang langit.

Kura-kura berbalik kea rah burung-burung dan berkata, “ingat aku adalah hewan yang paling spesial, karena aku adalah satu-satunya kura-kura yang bisa terbang. Kalian akan makan setelah aku.”

Burung-burung itu menunggu dengan marah karena kura-kura makan dan minum hampir semua makanan. Kemudian mereka datang untuk makan, tetapi beberapa dari mereka terlalu marah untuk makan. Sebelum terbang pulang, setiap burung mengambil kembali bulu yang telah mereka pinjamkan kepada kura-kura tanpa si kura-kura mengetahuinya. Jadi, berdirilah kura-kura penuh dengan makanan dan minuman, tapi tanpa sayap untuk terbang pulang.

Ketika pesta sudah selesai, burung-burung dan kura-kura meloncat balik ke rumah, tapi kura-kura terkejut karena dia telah kehilangan sayap-sayapnya. Jadi kura-kura jatuh dan mendarat dengan benturan yang kuat pada tanah. Ia tidak terluka, tetapi batok kura-kura pecah berkeping-keping. Untungnya, ada dokter yang hebat di daerah sekitar. Istri kura-kura membawanya ke dokter itu dan dia mengumpulkan pecahan-pecahan batok kura-kura dan menempelkannya menjadi satu. Itu lah mengapa batok kura-kura tidak mulus.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






Tuesday, July 23, 2013

#081 Legenda Rawa Pening



Dahulu kala, ada seorang anak lelaki yang miskin, kotor, dan berbau, datang ke sebuah desa kecil. Dia sangat lapar dan lemah. Dia mengetuk semua pintu dan meminta makanan, tetapi tidak ada yang peduli padanya. Tidak ada orang yang mau membantunya. Akhirnya, seorang wanita tua yang dermawan membantunya. Dia memberinya tempat tinggal dan makanan. Ketika si anak lelaki itu ingin pergi, wanita tua itu memberinya sebuah lesung, sebuah pemukul kayu besar untuk memukul beras.

Dia mengingatkan, “tolong ingat, kalau ada banjir kamu harus menyelamatkan dirimu. Pakai lesung ini untuk menjadi sampan.”

Anak lelaki itu senang dan berterima kasih kepada wanita tua itu. anak lelaki itu melanjutkan perjalanannya. Ketika dia melewati desa, dimana dia pernah meminta makanan, dia melihat banyak orang berkumpul di lapangan. Anak lelaki itu mendekat dan melihat sebuah tongkat tertanam pada tanah. Orang-orang menantang satu sama lain untuk menarik keluar tongkat itu. Setiap orang mencoba, tetapi tidak ada yang berhasil.

“Bolehkah aku mencobanya?” Tanya anak lelaki itu.

Orang-orang itu tertawa mengejek. Anak lelaki itu mau mencoba keberuntungannya jadi dia melangkah maju dan menarik keluar tongkat itu. Dia bisa melakukannya dengan sangat mudah. Semua orang tercengang. Tiba-tiba dari lobang yang ditinggalkan oleh tongkat itu, air menyembur keluar. Air itu tidak berhenti sampai membanjiri desa itu. dan tidak ada satu orang pun yang selamat dari air itu kecuali anak lelaki dan wanita tua dermawan yang memberikan anak lelaki itu tempat tinggal dan makanan. Seperti yang dia diberitahu, dia menggunakan lesung sebagai sampan dan menjemput wanita tua itu. seluruh desa menjadi sebuah danau yang besar.


Danau itu sekarang dikenal sebagai Danau Rawa Pening di Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Saturday, July 20, 2013

#071 Apai Gumok Dan Penyihir



Pernah ada seorang lelaki bernama Apai Gumok, yang mempunyai arti “Orang Gemuk”. Apai Gumok dan istrinya, yang juga gemuk, tinggal di sebuah desa dekat sungai. Sayangnya, istri Apai Gumok adalah seorang pemarah, tapi dia punya alasan untuk jadi seperti itu. suaminya bukanlah pemburu yang hebat. Dia sering pulang ke rumah setelah berburu seharian dengan hanya seekor burung kecil. Dan dia juga bukan nelayan yang hebat juga karena dia biasanya menangkap hanya ikan-ikan kecil. Semua warga desa menertawai Apai Gumok, dan istrinya selalu berteriak padanya karena dia tidak pernah membawa makanan yang cukup untuk dimakan.


Suatu hari ketika dia sedang keluar berburu di hutan, Apai Gumok bertemu seorang penyihir wanita. Dia mencoba untuk melarikan diri, dia berlari ke segala arah, tapi kemana pun dia berlari, dia melihat penyihir itu lagi. Penyihir yang sangat menakutkan. Dia mempunyai rambut panjang yang kotor, kuku panjang yang kotor, dan gigi yang rusak.

Ketika Apai Gumok lelah berlari, dia berkata pada si penyihir. “Kenapa kamu mengikutiku?” dia bertanya.

Si penyihir tertawa, “aku ingin membantumu, Apai Gumok. Aku ingin membuatmu seorang yang kaya dan berkuasa. Aku ingin kamu untuk mendapat hormat dari para warga desa sehingga mereka tidak akan menertawakanmu lagi.”

Apai Gumok sangat sulit mempercayai kupingnya. “Tapi kamu tidak akan membantuku hanya dari kebaikan hatimu,” dia berkata. “Apa yang kamu inginkan?”

Lagi, si penyihir tertawa. Tawa itu adalah tawa jahat. “Sederhana,” dia berkata. “Ketika kamu kaya, berkuasa dan dihormati, aku ingin kau menikahiku.”

“Tapi aku sudah menikah,” kata Apai Gumok.

“Tidak masalah,” kata penyihir, “aku akan mengubah istrimu menjadi babi berwarna pink dengan bintik hitam di kepalanya. Kemudian kamu bisa menjadi pemburu terkenal dan menikahiku.”

Apai Gumok ingin menjadi kaya dan dihormati. Dia juga ingin menjadi pemburu yang terkenal. Dan istrinya juga tidak begitu baik padanya. Tetapi juga, penyihir itu membuatnya takut, dan dia tidak mau menikahi wanita yang begitu kotor. Dia berlari kembali ke desa.

“Dimana kamu, istriku?” dia berteriak ketika dia sampai di rumah.

“Oink.”

“Istriku?” dia memanggil lagi.

“Oink.”

Di dalam rumah ada seekor babi berwarna pink dengan bintik hitam di kepalanya! Dari hari itu, tidak ada yang melihat istri Apai Gumok. Dia mengatakan istrinya telah pergi ke desa lain untuk mengunjungi bibinya. Mereka semua juga memperhatikan teman barunya karena babi kecil itu mengikutinya kemana saja.

Tak lama hal aneh mulai terjadi pada Apai Gumok. Dia menjadi pemburu yang hebat dan juga seorang nelayan yang hebat. Tidak lama, dia menjadi terkenal sebagai pemburu terhebat di desa. Kemudian suatu hari dia menemukan emas di bawah rumahnya, dan Apai Gumok menjadi kaya.

Satu bulan kemudian, Apai Gumok bertemu dengan penyihir di hutan.

“Kita harus menikah secepatnya,” dia berkata.

Tapi Apai Gumok mencoba membuat alasan-alasan.

Akhirnya si penyihir memaksa. “Aku telah menunggu lama, Apai Gumok.”

“Kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, dan sekarang kamu harus memberikan apa yang aku inginkan. Aku ingin seorang suami.”

Apai Gumok melihat ke penyihir, dan kemudian dia melihat ke bawah ke si babi.

“Satu istri cukup,” dia berkata. “Aku tidak mau istri lagi.”

Pada saat itu, si babi menjerit dan si penyihir berteriak. Mereka berdua sangat marah. Apai Gumok tidak tahu harus berbuat apa. Yang dia bisa pikirkan hanya berenang di sungai.

“Lihat,” dia berkata, “kenapa kita tidak pergi berenang di sungai? Kita bisa membicarakan soal pernikahan nanti.”

Ide itu sepertinya menyenangkan si penyihir dan si babi, jadi pergilah mereka. Ketika mereka telah berenang ke bagian terdalam dari sungai, Apai Gumok memegang kuping si penyihir dan menahan kepalanya di bawah air. Dalam beberapa menit dia tenggelam dan mati. Apai Gumok berenang kembali ke pinggiran berpikir masalahnya sudah selesai.

“Suamiku, kamu akhirnya di sini,” kata sebuah suara yang tidak asing.

Istri Apai Gumok berdiri di air dangkal. Babi kecil berwarna pink tidak tampak lagi. Apai Gumok merasa lega. Dia melihat istrinya yang gemuk dan berpikir begitu cantik dan bersihnya dia. Bersama mereka berjalan kembali ke desa dimana mereka kemudian hidup bahagia selamanya.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







Tuesday, July 16, 2013

#069 Ular Raksasa Dari Yamata



Dahulu dahulu kala ada arwah yang kuat bernama Pangeran Susano. Suatu ketika ketika dia melewati gunung-gunung, dia mendengar beberapa orang menangis. Tangisan itu berasal dari sebuah rumah dimana sepasang orang tua tinggal. Dia bertanya apa yang membuat mereka menangis.

“Seekor ular raksasa dengan delapan kepala tinggal dekat sini. Setiap tahunnya ular itu datang dan mengambil satu dari anak-anak perempuan kami. Dia telah mengambil tujuh anak perempuan kami dan kami hanya punya satu lagi. Malam ini ular raksasa itu akan datang lagi dan mengambilnya,” tangis orang tua lelaki.


“Jangan khawatir lagi,” kata pangeran. “Aku akan membunuh ular raksasa itu. aku punya rencana bagus. Tolong minta semua warga untuk datang kemari.”

Pangeran itu menyuruh warga untuk membangun pagar yang kuat dengan delapan pintu. Di depan setiap pintu, mereka menaruh sebuah gentong besar dan mengisinya dengan anggur yang kuat. Semua orang bekerja keras dan tak lama, bau dari anggur masuk ke udara.

Pangeran itu berbicara pada wanita muda itu, “tidak akan ada apa-apa yang akan terjadi padamu.” Dia dengan cepat mengubahnya menjadi sisir rambut yang kecil dan menaruhnya ke dalam rambutnya. Ketika semua sudah siap, dia menyembunyikan pasangan orang tua di tempat yang aman. Kemudian dia berdiri sendiri dengan pedangnya, menunggu si ular raksasa.

Pada tengah malam, dia mendengar suara aneh dan melihat ular raksasa dengan delapan kepala. Kemudian ular itu mencium bau anggur. Dia memanjangkan kedelapan kepalanya melalui delapan gerbang dan minum dari delapan gentong anggur. Karena anggurnya sangat kuat, si ular tak lama menjadi pusing.

Sang pangeran melihat dari belakang sebatang pohon. “Ini adalah waktunya,” pikirnya. Dia melompat keluar dan memotong delapan kepala ular itu satu persatu, sampai ular itu mati. Sang pangeran juga memotong ekor dari ular supaya dia tidak bisa hidup kembali lagi.

Ketika dia sudah yakin ular itu mati, sang pangeran mengambil sisir dari rambutnya dan bernafas pada sisir itu. Anak perempuan dari pasangan orang tua itu langsung hidup kembali dan berdiri di depannya. Dia berlutut dan berterima kasih kepada sang pangeran. Pasangan orang tua dan semua warga juga berterima kasih kepada sang pangeran karena telah membunuh ular yang mengerikan itu.

“Sekarang kita bisa hidup damai lagi. Kami akan lebih bahagia jika tuan tinggal dan hidup bersama kami,” kata lelaki tua itu.

Sang pangeran memutuskan untuk tinggal dan hidup di pegunungan. Dia meminta anak perempuan itu untuk menjadi istrinya dan hidup dengannya di sebuah istana yang indah di Izume. Mereka hidup bahagia bersama di sana dalam waktu yang panjang.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Lise Pordes

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





Sunday, July 14, 2013

#065 Enam Perempuan Dan Seorang Penyihir



Bertahun-tahun yang lalu di Serawak, ada enam perempuan yang merupakan teman baik. Yang tercantik adalah Gayah. Dia juga yang paling pintar. Suatu hari mereka pergi ke hutan untuk mengumpulkan buah buah liar. Mereka tersesat.

“Jangan takut,” kata Gayah. “Aku akan bisa mencari jalan pulang.”

Ketika malam datang, mereka melihat api yang terang tidak jauh dari sana. Mereka berjalan ke arah itu. di sana ada seorang wanita tua yang sedang duduk di depannya.

“Aku tahu kamu tersesat,” kata wanita tua itu. “Kamu pasti lapar, meskipun kamu terlihat cukup gemuk dan cukup makan. Ha, ha, ha! Beruntung kalian menemukanku. Makanlah kue-kue ini, sayang-sayangku.”

“Jangan ambil satupun!” bisik Gayah. “Biarkan aku berbicara padanya. Dia adalah penyihir.”


“Maafkan aku kami tidak bisa makan tanpa ada sesuatu untuk diminum,” katanya kepada wanita tua itu. “Berapa jauh sungai terdekat dari sini?”

“Aku tidak bisa memberitahumu,” balas wanita tua itu. “Kalau aku memberitahumu, kamu akan lari. Tidak sayangku, aku akan mengambil air untukmu.”

“Terima kasih, madam,” jawab Gayah.

Dia berpikir bahwa wanita tua itu cukup bodoh untuk meninggalkan mereka sendiri sewaktu dia pergi mengambil air. Tetapi, wanita tua itu tidak sebodoh yang Gayah pikirkan. Dia mengayunkan tongkat sihir. Semua perempuan itu merasa capai dan mereka harus duduk. Dengan cepat, wanita tua itu mengikat mereka dengan tali yang panjang.

“Aku akan membawa satu ujung tali bersamaku. Kalau aku menariknya, aku akan dengan mudah tahu apakah kamu masih terikat pada ujung satu lagi,” dia berkata.

Kemudian dia pergi mengambil air. Setelah beberapa saat, dia menarik tali, “Ha, ha, ha perempuan kecilku, jangan coba melarikan diri! Kamu tidak bisa lari dariku!”

Tidak lama kemudian, dia menarik talinya lagi, “Bagus, kalian masih di sana! Jangan mencoba mengelabuhiku!”

Tapi Gayah telah melepaskan talinya dan mengikatnya pada sebatang pohon. Jadi ketika penyihir menarik tali berikutnya, dia berpikir perempuan-perempuan itu masih di sana. Para perempuan berlari ke hutan secepat yang mereka bisa. Ketika si penyihir pulang, perempuan-perempuan itu tidak ada dimana-mana.

Dia mengayunkan tongkat sihirnya dan berteriak, “buatlah sebuah sungai yang lebar dengan seekor buaya yang besar di dalamnya untuk menghentikan para perempuan itu melarikan diri.”

Dengan cepat, penyihir itu mengejar perempuan-perempuan itu. Dia melihat para perempuan berbicara kepada buaya. “Berhenti! Berhenti!” dia berteriak. Dia takut semua perempuan itu akan dimakan oleh buaya.

Gayah mendengarnya dan melihat penyihir itu cukup jauh di belakang mereka. Gayah berbicara dengan cepat pada buaya. “Tolong bawa kami menyebrangi sungai satu per satu,” dia memohon.

“Berapa kamu akan membayarku?” Tanya si buaya.

“Tuan buaya, kamu tahu kami tidak punya uang. Tapi kamu boleh memakan yang ke enam dari kami.”

Buaya itu setuju. Dia membawa perempuan pertama di punggungnya dan berenang menyebrangi sungai. Kemudian dia kembali dan membawa perempuan kedua. Dan ketiga dan keempat dan kelima.

“Sekarang aku akan makan yang keenam,” pikir buaya sembari berenang kembali.

Penyihir itu berlari ke pinggir sungai. Buaya itu berteriak padanya, “cepat naik ke punggungku.”

Si penyihir berpikir kalau buaya itu akan membantunya, jadi dia duduk di atas punggung buaya.

“Ha, ini pasti yang ke enam,” buaya itu tertawa di dalam pikirannya. Dia membawanya ke tengah sungai. Tiba-tiba dia melemparnya tinggi ke angkasa dan menangkapnya dalam mulutnya.

“Ugh, ugh, dia agak sedikit keras dan bertulang! Tidak seperti kelima yang lainnya,” dia berkata.

Sebenarnya, Gayah sudah menyebrangi sungai bersamaan dengan gadis kelima dengan memegang pada buntut buaya. Para perempuang kemudian setuju mereka tidak akan pergi ke hutan sendirian lagi.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------