Kancil (nama),
kancil yang kecil tapi pintar, punya banyak musuh di hutan. Untungnya, dia
cerdas, sehingga tiap kali hidupnya terancam, dia berhasil meloloskan diri.
Satu dari
musuh utamanya adalah buaya, yang tinggal di sungai yang membatasi hutan. Sering
kali buaya mencoba menangkap kancil kecil. Buaya itu besar, tetapi tidak begitu
pintar. Kancil dapat memperdayanya setiap kali.
Suatu hari
sangatlah panas, tidak ada angina sama sekali. Itu adalah di tengah-tengah
musim kemarau. Selama beberapa minggu tidak ada hujan sama sekali jadi anak
sungai kecil dimana binatang-binatang minum di sana sudah mongering. Kancil
sedang berjalan sendirian di hutan; dia sangat haus. Dia telah berjalan jauh;
mencari sebuah sungai kecil untuk menghilangkan kehausannya, tetapi dia hanya
menemukan lumpur yang mengering di sebuah sungai kecil yang dulunya penuh
dengan air. Sangatlah sepi di hutan. Binatang-binatang tampaknya sedang tidur.
Bahkan burung-burung tidak bernyanyi di pohon. Kancil akhirnya memutuskan pergi
menuju sungai yang membatasi hutan. Biasanya dia menghindari dari pergi ke sana
karena dia tahu buaya selalu di bersiap-siap untuknya, menunggu waktu untuk
menangkapnya.
Ketika dia
sampai ke sungai, Kancil melihat sekitarnya dengan hati-hati. Tidak ada orang sama
sekali yang terlihat.sungai yang jernih itu memantulkan dengan silau cahaya
dari matahari. Langkah demi langkah si Kancil menuju ke sungai. Matanya yang
tajam melihat ke kiri dan ke kanan; telingannya yang runcing menegang untuk
menangkap suara terkecil. Tapi tidak ada bahaya yang mungkin mengancamnya kali
ini. Merasa lega, dia menundukkan kepalanya untuk menikmati air yang segar.
Tiba-tiba, pandangannya jatuh pada sebuah objek yang mengapung tidak jauh dari
dimana dia sedang berdiri. Itu adalah warna kehitam-hitaman. Kelihatan seperti
cabang pohon yang jatuh, atau seperti punggungnya buaya!kancil melompat mundur,
terkejut dan bijaksana. Tapi dia juga sangat haus. Bagaimana dia tahu bahwa
benda di sungai adalah kayu atau buaya? Kemudian dia tersenyum sedikit karena
dia menemukan sebuah ide.
Dengan suara
jelas dia berteriak, “Hey! Disana, kamu yang ada di sungai. Kalau kamu adalah
buaya, jangan jawab aku, tapi jika kamu adalah bongkahan kayu, katakan namamu!”
Itu adalah
buaya yang mengapung di sungai. Dia telah melihat kancil di tepi sungai. Tanpa
berpikir panjang, si buaya menjawab si Kancil dengan suaranya yang kasar,
“jangan takut, aku hanyalah bongkahan kayu yang tidak berbahaya!”
Dengan segera,
Kancil lari secepat kakinya bisa membawanya sambil berteriak menoleh ke
pundaknya, “O, buaya yang bodoh, pernahkah kamu mendengar bongkahan kayu
berbicara?”
Dua minggu
kemudian, kancil lupa akan kejadian ini. Musim kemarau belum habis dan terasa
lebih panas dari yang pernah sebelumnya. Kancil teringat akan air sungai yang
sejuk dan segar. Betapa enaknya bila bisa mandi di sana! Dia memutuskan untuk
mencoba lagi keberuntungannya. Kali ini tidak ada sesuatu yang mencurigakan
yang terlihat, jadi kancil menuju ke air dan meminum sepuas hatinya. Sangat
sunyi dan juga sangat panas. Tanpa berfikir panjang, Kancil memasuki sungai dan
mulai membasahi dirinya. Dengan kesenangannya dia lupa akan bahaya. Dia
mengambil sebuah ranting kering yang mengapung dan mulai memukul air dengan
itu. Dia membuat begitu banyak kebisingan yang membuat buaya bangun.
“Wah, wah, ini
mungkin adalah hari keberuntunganku,” pikir Buaya. Dengan cepat dia meluncur
keluar dari persembunyiannya. Tiba-tiba si Kancil merasakan gigi yang tajam
menggigit salah satu dari kakinya. Itu sangan sakit, tapi meskipun dia terkejut
dan takut, si Kancil tidak kehilangan akalnya. Tanpa ragu-ragu dia mencelupkan
ranting basah ke dalam air dan dengan suara yang mengejek dia berkata,
“bongkahan kayu yang tua dan bodoh, apakah kamu berfikir kamu telah
mendapatkanku? Itu hanya sebuah ranting yang kamu dapat di mulutmu, bukan
kakiku. Ini kakiku, tangkap jika kamu bisa!”
Kancil
menggerakkan ranting itu dengan cepat dan di depan mata si buaya. Si buaya
tidak bisa melihat dengan jelas dalam air dan yang paling utama, dia memang
goblok! Dia percaya Kancil dan melepaskan kaki Kancil dan menggigit dengan
rahangnya pada ranting itu. Tentunya si Kancil tidak menunggu sedetikpun untuk
loncat keluar dari air dan berlari ke tempat yang aman di hutan. Meskipun
kakinya sangat sakit, dia tertawa dengan puas. Sekali lagi dia berhasil
mempermainkan si buaya.
-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------