Saturday, July 20, 2013

#071 Apai Gumok Dan Penyihir



Pernah ada seorang lelaki bernama Apai Gumok, yang mempunyai arti “Orang Gemuk”. Apai Gumok dan istrinya, yang juga gemuk, tinggal di sebuah desa dekat sungai. Sayangnya, istri Apai Gumok adalah seorang pemarah, tapi dia punya alasan untuk jadi seperti itu. suaminya bukanlah pemburu yang hebat. Dia sering pulang ke rumah setelah berburu seharian dengan hanya seekor burung kecil. Dan dia juga bukan nelayan yang hebat juga karena dia biasanya menangkap hanya ikan-ikan kecil. Semua warga desa menertawai Apai Gumok, dan istrinya selalu berteriak padanya karena dia tidak pernah membawa makanan yang cukup untuk dimakan.


Suatu hari ketika dia sedang keluar berburu di hutan, Apai Gumok bertemu seorang penyihir wanita. Dia mencoba untuk melarikan diri, dia berlari ke segala arah, tapi kemana pun dia berlari, dia melihat penyihir itu lagi. Penyihir yang sangat menakutkan. Dia mempunyai rambut panjang yang kotor, kuku panjang yang kotor, dan gigi yang rusak.

Ketika Apai Gumok lelah berlari, dia berkata pada si penyihir. “Kenapa kamu mengikutiku?” dia bertanya.

Si penyihir tertawa, “aku ingin membantumu, Apai Gumok. Aku ingin membuatmu seorang yang kaya dan berkuasa. Aku ingin kamu untuk mendapat hormat dari para warga desa sehingga mereka tidak akan menertawakanmu lagi.”

Apai Gumok sangat sulit mempercayai kupingnya. “Tapi kamu tidak akan membantuku hanya dari kebaikan hatimu,” dia berkata. “Apa yang kamu inginkan?”

Lagi, si penyihir tertawa. Tawa itu adalah tawa jahat. “Sederhana,” dia berkata. “Ketika kamu kaya, berkuasa dan dihormati, aku ingin kau menikahiku.”

“Tapi aku sudah menikah,” kata Apai Gumok.

“Tidak masalah,” kata penyihir, “aku akan mengubah istrimu menjadi babi berwarna pink dengan bintik hitam di kepalanya. Kemudian kamu bisa menjadi pemburu terkenal dan menikahiku.”

Apai Gumok ingin menjadi kaya dan dihormati. Dia juga ingin menjadi pemburu yang terkenal. Dan istrinya juga tidak begitu baik padanya. Tetapi juga, penyihir itu membuatnya takut, dan dia tidak mau menikahi wanita yang begitu kotor. Dia berlari kembali ke desa.

“Dimana kamu, istriku?” dia berteriak ketika dia sampai di rumah.

“Oink.”

“Istriku?” dia memanggil lagi.

“Oink.”

Di dalam rumah ada seekor babi berwarna pink dengan bintik hitam di kepalanya! Dari hari itu, tidak ada yang melihat istri Apai Gumok. Dia mengatakan istrinya telah pergi ke desa lain untuk mengunjungi bibinya. Mereka semua juga memperhatikan teman barunya karena babi kecil itu mengikutinya kemana saja.

Tak lama hal aneh mulai terjadi pada Apai Gumok. Dia menjadi pemburu yang hebat dan juga seorang nelayan yang hebat. Tidak lama, dia menjadi terkenal sebagai pemburu terhebat di desa. Kemudian suatu hari dia menemukan emas di bawah rumahnya, dan Apai Gumok menjadi kaya.

Satu bulan kemudian, Apai Gumok bertemu dengan penyihir di hutan.

“Kita harus menikah secepatnya,” dia berkata.

Tapi Apai Gumok mencoba membuat alasan-alasan.

Akhirnya si penyihir memaksa. “Aku telah menunggu lama, Apai Gumok.”

“Kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, dan sekarang kamu harus memberikan apa yang aku inginkan. Aku ingin seorang suami.”

Apai Gumok melihat ke penyihir, dan kemudian dia melihat ke bawah ke si babi.

“Satu istri cukup,” dia berkata. “Aku tidak mau istri lagi.”

Pada saat itu, si babi menjerit dan si penyihir berteriak. Mereka berdua sangat marah. Apai Gumok tidak tahu harus berbuat apa. Yang dia bisa pikirkan hanya berenang di sungai.

“Lihat,” dia berkata, “kenapa kita tidak pergi berenang di sungai? Kita bisa membicarakan soal pernikahan nanti.”

Ide itu sepertinya menyenangkan si penyihir dan si babi, jadi pergilah mereka. Ketika mereka telah berenang ke bagian terdalam dari sungai, Apai Gumok memegang kuping si penyihir dan menahan kepalanya di bawah air. Dalam beberapa menit dia tenggelam dan mati. Apai Gumok berenang kembali ke pinggiran berpikir masalahnya sudah selesai.

“Suamiku, kamu akhirnya di sini,” kata sebuah suara yang tidak asing.

Istri Apai Gumok berdiri di air dangkal. Babi kecil berwarna pink tidak tampak lagi. Apai Gumok merasa lega. Dia melihat istrinya yang gemuk dan berpikir begitu cantik dan bersihnya dia. Bersama mereka berjalan kembali ke desa dimana mereka kemudian hidup bahagia selamanya.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







#070 Sang Pembius 2 : Darah Terakhir (Bagian 4)



Murdoc Junior tidak menembak Diego.

“Aku pikir aku tidak akan menikmati membunuhmu dengan pistol,” kata Murdoc Junior.

Dia kemudian melemparkan pistolnya dan meretakkan jari-jarinya. Diego berdiri dan siap menghadapinya. Perkelahian itu sengit. Diego tahu bahwa dia tidak akan bisa mengalahkan Murdoc Junior karena dia sangat berotot dan besar. Dia terus berusaha mengelak terkena pukulan dari Murdoc Junior. Ketika dia punya kesempatan, dia melompat jauh untuk meraih pistolnya. Dia mendapatkannya!

Dengan cepat dia berlari ke pinggir gedung dan loncat ke bangunan berikutnya. Murdoc Junior sangat geram dan berlari sangat cepat untuk mengejar Diego. Sesaat setelah Diego mendarat di bangunan berikutnya, dia mengambil sebuah jarum pembius yang spesial dan memasukkannya ke dalam pistol.

“Aku telah mempersiapkan ini hanya untukmu.”

Hanya saat Murdoc Junior meninggalkan daratan, Diego menembaknya dan dia terbius oleh jarum pembius spesial itu. Murdoc Junior tidak bisa mencapai bangunan berikutnya dan dia jatuh dari atap. Suara yang besar keluar sembari dia menyentuh lantai.

Pedro sangat terkejut melihat itu. dia tidak punya pilihan lain tetapi untuk menembak mati Diego. Dia menarik pelatuk dan menembak Diego. Tembakan itu mengenai bahu Diego! Dia lari dengan cepat meskipun dia terluka parah karena tembakan itu. Dia menghindari daerah terbuka supaya Pedro tidak bisa menembaknya dengan mudah.


Darah terus menetes seiring Diego berlari. Akhirnya dia bisa mencapai mobilnya dan menyetir pergi dengan cepat.

Pedro tidak bisa menembaknya lagi. Jadi dia menelpon Murdoc King untuk melaporkan bahwa anaknya telah terbunuh.

“Bos, maafkan aku tidak bisa menjaga anakmu. Tapi anakmu terbunuh karena kesombongannya. Dia punya kesempatan membunuh Diego dengan pistolnya tetapi dia melemparnya dan memilih untuk bertarung dengannya dengan tangannya,” lapor Pedro.

“Dasar bodoh!” kata Murdoc King dengan suara geram. “Aku akan membunuhnya sendiri! Aku berjanji!”



-Bersambung-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Baca Bagian 5 di SINI
Baca Bagian 1 di SINI
Author: Anfransen Wijaya

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






Tuesday, July 16, 2013

#069 Ular Raksasa Dari Yamata



Dahulu dahulu kala ada arwah yang kuat bernama Pangeran Susano. Suatu ketika ketika dia melewati gunung-gunung, dia mendengar beberapa orang menangis. Tangisan itu berasal dari sebuah rumah dimana sepasang orang tua tinggal. Dia bertanya apa yang membuat mereka menangis.

“Seekor ular raksasa dengan delapan kepala tinggal dekat sini. Setiap tahunnya ular itu datang dan mengambil satu dari anak-anak perempuan kami. Dia telah mengambil tujuh anak perempuan kami dan kami hanya punya satu lagi. Malam ini ular raksasa itu akan datang lagi dan mengambilnya,” tangis orang tua lelaki.


“Jangan khawatir lagi,” kata pangeran. “Aku akan membunuh ular raksasa itu. aku punya rencana bagus. Tolong minta semua warga untuk datang kemari.”

Pangeran itu menyuruh warga untuk membangun pagar yang kuat dengan delapan pintu. Di depan setiap pintu, mereka menaruh sebuah gentong besar dan mengisinya dengan anggur yang kuat. Semua orang bekerja keras dan tak lama, bau dari anggur masuk ke udara.

Pangeran itu berbicara pada wanita muda itu, “tidak akan ada apa-apa yang akan terjadi padamu.” Dia dengan cepat mengubahnya menjadi sisir rambut yang kecil dan menaruhnya ke dalam rambutnya. Ketika semua sudah siap, dia menyembunyikan pasangan orang tua di tempat yang aman. Kemudian dia berdiri sendiri dengan pedangnya, menunggu si ular raksasa.

Pada tengah malam, dia mendengar suara aneh dan melihat ular raksasa dengan delapan kepala. Kemudian ular itu mencium bau anggur. Dia memanjangkan kedelapan kepalanya melalui delapan gerbang dan minum dari delapan gentong anggur. Karena anggurnya sangat kuat, si ular tak lama menjadi pusing.

Sang pangeran melihat dari belakang sebatang pohon. “Ini adalah waktunya,” pikirnya. Dia melompat keluar dan memotong delapan kepala ular itu satu persatu, sampai ular itu mati. Sang pangeran juga memotong ekor dari ular supaya dia tidak bisa hidup kembali lagi.

Ketika dia sudah yakin ular itu mati, sang pangeran mengambil sisir dari rambutnya dan bernafas pada sisir itu. Anak perempuan dari pasangan orang tua itu langsung hidup kembali dan berdiri di depannya. Dia berlutut dan berterima kasih kepada sang pangeran. Pasangan orang tua dan semua warga juga berterima kasih kepada sang pangeran karena telah membunuh ular yang mengerikan itu.

“Sekarang kita bisa hidup damai lagi. Kami akan lebih bahagia jika tuan tinggal dan hidup bersama kami,” kata lelaki tua itu.

Sang pangeran memutuskan untuk tinggal dan hidup di pegunungan. Dia meminta anak perempuan itu untuk menjadi istrinya dan hidup dengannya di sebuah istana yang indah di Izume. Mereka hidup bahagia bersama di sana dalam waktu yang panjang.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Lise Pordes

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





#068 Penebang Pohon Yang Baik Hati Dan Seekor Harimau



Suatu hari, ada seorang penebang kayu bernama Sok pergi ke hutan untuk memotong kayu. Dalam perjalanannya dia menemukan seekor harimau di jalannya. Dia melihat lebih dekat si harimau. Dia melihat dia terbaring di atas lobang ular. “Seekor ular telah menggigitnya,” pikirnya.


Dia adalah orang yang baik dan dia merasa kasihan kepada si harimau. Dia mengambil obat dari tas nya dan menggosoknya pada bulu harimau. Secara langsung, harimau itu membuka matanya. Dia melihat bahwa bulu indahnya diselimuti dengan obat. Dia sangat marah.

“Lihat apa yang telah kamu perbuat pada buluku!” dia mengaum.

“Saya kira seekor ular telah menggigitmu,” kata Sok. “Aku tidak mau kamu mati.”

“Aku?Mati?” kata harimau. “Lihat, tidak ada yang menggigitku. Aku sedang tidur, itu saja. Tapi kamu akan mati tak lama lagi. Aku akan memakanmu untuk makan siangku.”

Sok sangat takut. Dia bersujud di atas lantai dan berkata, “tolong jangan bunuh aku. Tolong tunggu sampai aku bertemu seseorang di hutan ini. Kemudian aku akan bertanya siapa yang benar. Jika kamu yang benar, kamu boleh memakanku. Kalau kamu salah, lepaskan aku.”

Si harimau setuju dan Sok melihat sekitar untuk mencari makhluk hidup apapun. Kemudian dia melihat kuda dan sapi.

Dia memberitahu mereka semua ceritanya, dan kemudian bertanya, “bisakah kalian membantuku. Siapa yang benar- si harimau atau aku?”

Kuda dan Sapi tahu bahwa Sok benar. Tapi mereka tidak berkata apa-apa pada Sok.

“Kalau kita bilang Sok benar,” mereka berkata satu sama lain, “si harimau akan marah. Dia akan memakan kita sebagai penganti Sok.” Jadi mereka memutuskan untuk pergi tanpa memutuskan apapun.

Sekarang Sok menjadi lebih khawatir, dia melihat sekitar lagi. Tak lama dia bertemu seekor kelinci. Dia menceritakan semua ceritanya pada kelinci.

“Tolong bantu aku,” dia meminta.

“Iya, aku akan membantumu,” balas kelinci. “Kembalilah dan mulai bicara pada si harimau, aku akan berada di sana sewaktu kalian berbicara.”

Sok kembali kepada harimau dan mulai berbicara. Tidak lama si kelinci datang.

“Apa yang kalian berdua bicarakan?” Tanya si kelinci.

Si harimau berkata, “Aku hanya tidur tapi orang ini menyelimuti bulu cantikku dengan obat!”

Kemudian Sok berkata, “aku kira seekor ular telah menggigitnya. Aku tidak mau dia mati.”

“Hmmmm,” kata si kelinci. “Aku ingin mengetahui apa yang benar-benar terjadi. Kembalilah ke mana engkau sedang tidur, harimau. Aku ingin tahu dari awal.”

Si harimau kembali ke lubang ular dan berbaring di atasnya. Ular keluar dari lubangnya dan menggigitnya.

“Kali ini, jangan menggosok obat apapun pada bulunya,” kata si kelinci. Akhirnya si harimau meninggal dan Sok terselamatkan. 


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







#067 Sang Pembius : Darah Terakhir (Bagian 3)



Empat dari pengawal Murdoc Junior membuat jalan untuk bos mereka ketika dia berjalan ke arah toko Diego Mann. Dari jauh, Pedro bersembunyi dengan senapan snipernya. Murdoc Junior dan bawahannya membuat begitu banyak keributan sehingga Diego Mann mendengar mereka.

“Aku tahu hari ini akan datang,” dia berkata pada dirinya.

Diego membungkuk dan mengambil sebuah tas di bawah rak pajangan jam. Dia kemudian mendengar seseorang berteriak.

“Itu orang yang akan mati hari ini,” teriak Murdoc Junior menunjuk pada Diego.

Diego berlari dengan cepat ke arah rumahnya. Murdoc Junior bersama dengan pengawalnya mengejarnya gila-gilaan. Mereka berlari ke dalam sebuah pasar dan membuat keributan di sana. Banyak kios yang hancur. Akhirnya Diego berhasil sampai ke rumahnya. Pengawalnya menghantam roboh pintu rumah. Diego sedang bersembunyi dan menunggu di belakang sebuah meja. Dia menunggu beberapa saat untuk memastikan semuanya sudah berada di dalam ruangan. Dia mengintip dan melihat ruangan telah terpenuhi oleh musuhnya.

Dia kemudian melempar sebuah bola dengan kuat ke arah langit-langit. Bola itu seperti bola besi biasa, tetapi ketika dia membentur langit-langit, dia menembakkan beratus-ratus jarum pembius yang menembak ke segala arah. Beberapa berhasil mengelak terkena jarum dengan bersembunyi di belakang orang lain. Hanya Murdoc Junior yang menarik tubuh pengawalnya untuk dijadikan tameng dari terkena jarum.

Hanya ada empat orang yang tidak terkena jarum pembius, termasuk Murdoc Junior. Pengawal-pengawal itu mulai menembaki meja dimana Diego bersembunyi. Diego dengan cepat melompat ke belakang sebuah tembok dan berlari ke atap.

Untuk Ilustrasi

“Kejar dia!” perintah Murdoc Junior.

Di atap, Murdoc King dan ketiga pengawalnya melihat Diego loncat ke bangunan berikutnya. Kemudian mereka memutuskan untuk mengikutinya dengan melompat ke bangunan berikutnya. Ketiga pengawal itu loncat dahulu dan Murdoc Junior melompat terakhir. Ketika mereka sedang berlari, tiba-tiba Diego berputar dan mengambil pistolnya. Dia menembak ketiga pengawal itu dengan jarum pembius dan mereka terbius. Pistol itu hanya bisa berisi tiga jarum pembius. Sebelum dia bisa mengisi ulang dan menembak Murdoc Junior, Murdoc Junior telah lompat dan dia memukul Diego dengan keras!

Pistolnya jatuh ke lantai. Murdoc Junior kemudian mengambil pistolnya dan mengarahkan pada Diego. Diego tidak takut sama sekali.

“Bagus, Murdoc Junior akhirnya bisa mendapatkan balas dendamnya,” pikir Pedro yang telah menyaksikan semuanya. 


-Bersambung-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Baca Bagian 4 di SINI
Baca Bagian 1 di SINI
Author: Anfransen Wijaya

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------