Pada suatu
hari Wasiak di sebuah wihara di Sri Lanka- pada hari itu begitu banyak orang
datang ke wihara- seekor monyet datang ke wihara dari rimba, mencari-cari
sesuatu untuk dimakan. Karena ada begitu banyak orang, pasti diantara
pengunjung ada yang menjatuhkan sesuatu, dan para monyet begitu cekatan dalam
mengambil manga atau pisang dan memakannya gratis.
Jadi kapan
pun ada perayaan, para monyet selalu datang ke wihara. Monyet yang satu ini
datang ke wihara saat melihat seorang biksu tengah berceramah. Lalu dia
mendengar biksu itu mengucapkan “Pikiran Monyet”.
“Pikiran
Monyet? Aha, ini menarik. Biksu ini sedang ceramah mengenai diriku.”
Ia pun
pergi ke jendela untuk mendengarkan. Namun ia mendegar apa yang biksu ini
katakan mengenai pikiran monyet: bahwa pikiran monyet itu jelek, buruk, harus
dienyahkan; bahwa jika anda memiliki pikiran monyet anda bukanlah meditator dan
anda harus berlatih hingga batin anda menjadi baik.
Ketika
monyet ini mendengar pikiran monyet adalah hal yang jelek, ia menjadi sangat
gusar. Monyet pun punya perasaan. Ia berkata, “Biksu ini! Dia melecehkan ku!
Dia bilang pikiran monyet itu jelek! Apa salahnya mempunyai pikiran monyet? Toh
monyet terlahir dengan batin seperti itu! Lalu kenapa sih manusia berusaha
menyingkirkan pikiran monyet? Aku suka pikiran monyet! Aku akan ajukan protes
pelecehan nama baik kaum monyet!”
Monyet ini
kembali ke hutan, menemui pemimpin kelompoknya dan mengeluh,”Bos harusnya tadi
dengar apa yang biksu di wihara itu bilang mengenai kita! Mereka bilang pikiran
monyet itu buruh, jahat dan payah. Pikiran monyet harus di singkirkan! Dia
merendahkan kita, dia menghina kita!”
Kemudian
semua monyet lain juga jadi gusar mendengar ini. “Kita tak akan membiarkan
mereka lolos begitu saja! Ini tidak bisa dibiarkan! Kita akan protes ke komisi
hak asasi, amnesti internasional, dan world wildlife fund.” Lalu mereka mulai
meloncat, marah, sampai pemimpin monyet menghentikan mereka.
Pemimpin
monyet berseru, “Stop! Lihat kalian berlompatan liar ke sana kemari! Biksu itu
benar! Itulah pikiran monyet! Meloncat kesana kemari, mengeluh setiap saat, tak
bisa duduk diam!”
Seluruh
monyet itu cukup arif untuk memahaminya. Mereka mengatakan, “Ya ampun! Bos
benar. Pikiran monyet itu memang jelek.”Lalu mereka semua jadi murung.”Apa yang
bisa kita perbuat? Kita lahir dengan pikiran monyet. Bagaimana kita bisa
menyingkirkan pikiran monyet?”.
Lalu salah
seekor monyet berkata,”Dengar! Aku juga pernah ke wihara itu. Aku pernah lihat
cara orang-orang menyingkirkan pikiran monyet dengan meditasi. Sebagai monyet,
kita juga harus bermeditasi. Saat itu batin kita akan menjadi batin yang damai
dan ketika orang melihat kita, mereka juga ingin memiliki pikiran monyet yang
damai. Ayo kita bermeditasi!”
Semua monyet
berlompatan riang lagi, “Ya! Ayo meditasi! Mari kita meditasi!” Pemimpin monyet
berteriak,”Diam semua! Itu kan pikiran monyet lagi! Terus, bagaimana cara kita
bermeditasi?”
Monyet yang
tadi berkata lagi,”Gampang sekali. Aku sudah melihat para biksu melakukannya.
Letakkan kaki kanan mu diatas kaki kiri mu. Telapak tangan kanan mu diatas
telapak tangan kiri, punggung tegak, kepala agak menunduk. Aku tak tahu apa
yang mereka kerjakan berikutnya, tapi mereka duduk seperti itu untuk waktu yang
lama.”
Monyet-monyet
itu juga melihat para biksu duduk di atas bantal kecil, maka mereka pergi ke
hutan mengumpulkan daun dan rumput, lalu membuat bantal duduk untuk mereka
sendiri. Kemudian semua duduk dan itulah pertama kali monyet bermeditasi.
Mereka meletakkan
kaki kanan di atas kaki kiri, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri,
punggung tegak, kepala agak menunduk dan mulai bermeditasi. Rimba tidak pernah
sesenyap itu. Selama satu menit..
Tiba-tiba
seekor monyet menangkat tangan,”Permisi! Maaf! Aku baru saja terpikir nih! Pagi
ini kita kan berencana pergi ke kebun pisang di sana lalu mencuri pisang untuk
makan siang. Aku tak bisa menyingkirkan pikiran itu, pikiran itu terus mengganggu
meditasiku. Jadi rencanaku seperti ini: kita pergi saja ke kebun itu dulu, curi
pisangnya, selesaikan urusan itu dahulu supaya kita tidak usah memikirkan soal
itu lagi.”
Para monyet
lain berseru.”Ayo kita selesaikan urusan itu dulu, aku juga terpikir seperti itu
lho!”
Mereka semua
bangkit dari tempat duduk mereka, berlompatan dan berayun-ayun menuju kebun
pisang, mencuri banyak pisang, dan membawanya kembali ke rimba. Saat itu belum
tiba waktu makan siang, mereka memutuskan untuk mencuri pisang saja tapi tidak
memakannya sampai waktunya. Mereka mengumpulkan pisang dalam tumpukan besar dan
kembali ke alas duduk mereka.
Mereka mulai
bermeditasi lagi. Rimba kembali sunyi… kali ini hanya 30 detik.
“Interupsi!Interupsi!”ujar
salah satu monyet,”Aku dari tadi terpikir bahwa sebelum kita bisa makan pisang,
kita kan harus menguliti pisang dahulu. Bisakah kita selesaikan urusan ini
dulu?Kita tidak makan, hanya mengulitinya aja kok!”
Semua
monyet setuju,”Ayo! Dari tadi akupun berpikir begitu. Ayo kupas kulit pisang.”
Mereka pun
menguliti pisang-pisang itu, mereka tidak makan pisangnya, sebab belum waktu
makan siang. Mereka menumpuk semua pisang itu menjadi satu tumpukan besar.
Lalu mereka
kembali bermeditasi.
Baru saja
mereka memejamkan mata,”mohon izin! Aku punya ide! Sebelum makan pisang kita
harus memasukkannya ke mulut kita dahulu. Mari kita masukkan ke mulut kita. Bereskan
hal ini, barulah kita bisa meditasi.”
“Iya, ide
bagus!”seru monyet lainnya. Jadi mereka masing-masing mengambil sebuah pisang,
ada beberapa yang mengambil dua atau tiga- Anda tahulah bagaimana rakusnya
monyet, lalu mereka memasukkan pisang ke dalam mulut mereka, namun belum
memakannya.
Mereka kembali
ke bantal meditasi mereka dan mulai berme… bisakah mereka bermeditasi dengan
pisang menjejal mulut mereka? Jelas tidak. Ketika semua monyet itu menutup
mata, mereka semua mulai mengunyah pisang nya!
Itulah pikiran
monyet! “Ayo bereskan urusan in dahulu baru aku bisa meditasi!” atau “Ayo
selesaikan pekerjaan ini dahulu baru aku bisa jadi baik.”atau “Ayo dapatkan
satu milyar dulu di rekening, baru aku bisa beramal.”
Tentu saja
tidak begitu! Jika serba harus mengerjakan sesuatu dahulu, itu tak akan pernah
selesai, kan? Apa yang benar-benar penting bukanlah makan siang tapi meditasi. Lihatlah,
apa yang lebih penting? Mendapat banyak uang atau menikmati hidup? Maka yang
lebih penting: menyelesaikan semua pekerjaan sebelum akhir pecan atas bersantai
dan melewatkan waktu bersama keluarga?
Apa hal
yang benar-benar penting dalam hidup? Anda sudah tahu kok. Melewatkan waktu
bersama dalam suatu hubungan, atau menemani anak-anak anda, menjaga kesehatan
anda agar tidak terlampau stress, menjadi bajik, menjadi dermawan, kehidupan
spiritual anda, itulah yang benar-benar penting. Segala hal lainnya hanyalah
urutan kedua.
Jika anda
tahu bagaimana menjalani hal-hal penting terlebih dahulu: kebaikan, kedamaian,
kasih, kedermawanan, maka hal-hal lain itu akan menyusul belakangan. Anda tidak
akan menjadi seekor monyet yang hanya berayun dari satu pohon urusan ke pohon
urusan berikutnya, tanpa pernah menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati
dalam hidup.
Author: Ajahn Brahm
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 comments:
Post a Comment