Sean
pergi ke kota untuk membuat senjata pembius dan racun. Senjata itu adalah jarum
pembius, pistol pembius, dan banyak lainnya. Kota yang dikunjungi dia adalah
dimana istana Boris dibangun dari emas yang telah didapatkannya dari
mengkhianati Sean. Setelah persiapannya, dia pergi ke istana Boris dalam baju
tuxedo. Di depan gerbang, dia dihentikan oleh delapan penjaga.
“Hei
Jack, aku rasa kamu cukup untuk mengalahkan orang ini,” kata salah satu
penjaga.
Jack
maju untuk berkelahi satu lawan satu dengan Sean dan dikalahkan dalam waktu
beberapa detik. Tujuh penjaga lainnya terkejut dan setuju untuk menyerang Sean
bersama-sama. Sean kemudian mengaktifkan jarum pembius di cincin-cincin jemari
tangannya. Setiap kali dia menepis serangan atau memukul penjaga, jarum pembius
itu masuk ke dalam kulit penjaga dan mereka terbius secara langsung. Setelah
mengalahkan delapan penjaga itu, Sean berlari ke dalam istana.
Di depan
kamar utama, Sean menendang pintu kamar. Dia melihat Boris sedang sibuk dipijat
oleh seorang wanita sexi. Terkejut, boris mencoba meraih senjatanya dan wanita
itu lari ke toilet. Sebelum Boris bisa mencapai pistolnya, tangannya di tembak
dengan jarum pembius yang ringan. Tangan boris menjadi mati rasa sehingga dia
tidak bisa memegang pistolnya. Sementara, di dalam toilet wanita itu menelpon
polisi. Sean merebut pistol dari Boris.
“Aku
tahu kamu benci darah. Lepaskanlah aku, jangan bunuh aku, aku bisa membagi
rezeki ini, aku merasa bersalah atas apa yang aku lakukan,” Boris mengemis
untuk hidupnya.
“Iya,
aku benci darah, tapi kamu tidak akan mengeluarkan setetes darah pun,” kata
Sean.
Sean
memasukkan jarum racun ke dalam pistolnya dan menembak boris di keningnya.
Dengan cepat racun menyebar dan Boris mati. Sean akhirnya mendapatkan balas
dendamnya, jadi dia berjalan keluar dari istana. Ketika dia membuka pintu,
polisi sudah di luar dengan pistol mereka yang diarahkan ke Sean.
“Menyerah
sekarang atau kami akan menembak!” teriak salah satu polisi.
Sean
menyerah tanpa perlawanan. Dia telah menyelesaikan tugas hidupnya.
Author: Anfransen Wijaya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 comments:
Post a Comment