Saturday, June 29, 2013

#029 Batu Gantung Di Parapat



Suatu ketika, di sebuah daerah pedesaan di sebelah Danau Toba Sumatra Utara, hiduplah seorang suami dan istri bersama dengan anak perempuan yang cantik bernama Seruni. Tidak hanya cantik, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya di ladang. Setiap hari keluarga ini bekerja di ladang di tepi Danau Toba, dan hasilnya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Suatu hari, Seruni pergi ke ladang sendirian, karena orang tuanya pergi ke desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh anjing tercintanya bernama Toki. Sesampai di ladang, dia tidak bekerja tapi hanya duduk di sana melihat keindahan natural dari Danau Toba seperti dia memiliki masalah yang sulit. Sementara, anjingnya datang dan duduk di sampingnya, melihat ke wajahnya seakan-akan tahu apa yang sedang Seruni pikirkan. Sesekali, anjingnya menggonggong untuk mengganggu Seruni, tetapi dia tidak terganggu.

Beberapa hari terakhir Seruni tampak murung. Dia sangat sedih karena dia dipaksa untuk menikah oleh orang tuanya pada seorang pria yang adalah sepupunya. Dia telah memilih orang lain dan telah berjanji akan hidup bersama lelaki itu. Dia sangat pusing. Di satu sisi dia tidak mau mengecewakan orang tuanya; di sisi lain dia tidak mampu untuk meninggalkan cintanya. Karena tidak bisa menahan beban yang berat, dia merasa sangat putus asa.

“Ya Tuhan! Aku tidak bisa hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.

Beberapa saat kemudian, Seruni bergerak dari tempat duduknya. Dengan air mata, dia berjalan dengan perlahan menuju Danau Toba. Rupanya dia ingin mengakhiri hidupnya dengan lompat ke dalam danau. Seruni berjalan ke pinggiran dari Danau Toba tanpa memperhatikan jalan di jalurnya. Tanpa disangka, dia tiba-tiba jatuh ke dalam sebuah lobang. Tanah berbatu di sana membuat lobang jadi gelap. Seruni sangat takut.

“Tolong..Tolong..Tolong..Toki!” Seruni meminta bantuan pada anjingnya.

Toki mengerti bahwa Seruni membutuhkan bantuannya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menggonggong ke lobang itu. Seruni berteriak beberapa kali untuk bantuan, tetapi Toki benar-benar tidak bisa membantunya. Akhirnya dia merasa putus asa.

“Ah, aku lebih baik mati daripada menderita dalam waktu yang panjang,” Seruni mengeluh.

Batu bergerak merapat.

“Parapat! Parapat batu! Parapatlah,” Seruni memerintahkan batu untuk menekan badannya.

Karena tidak bisa membantu Seruni, Toki segera berlari pulang untuk bantuan. Sesampai di rumah tuannya, dia segera pergi menuju orang tua Seruni. Toki menggonggong pada orang tua Seruni dan mencakar lantai untuk memberitahukan bahwa Seruni dalam bahaya.

“Toki, dimana Seruni? Apa yang terjadi padanya?”

Toki terus menggonggong dan berlari ke depan dan belakang untuk mengajak mereka ke tempat Seruni.

“Kang, sepertinya Seruni dalam bahaya,” kata sang Ibu.

“Kamu benar. Toki meminta kita untuk mengikutinya,” kata ayah.

“Tapi bagaimana kita ke sana?”  Tanya sang Ibu

“Kamu siapkan obor! Aku akan meminta bantuan dari para tetangga.”

Tak lama, seluruh tetangga telah berkumpul membawa obor. Setelah itu, mereka mengikuti Toki ke tempat dimana Seruni berada. Setelaah mereka sampai di sana, Toki mengarahkan mereka ke depan mulut dari lobang.

Kedua orang tua Seruni langsung menghampiri mulut dari lobang. Sebuah kejutan yang luar biasa ketika mereka melihat lubang yang besar di tepi ladang mereka. Dari dalam lubang ada suara samar-samar dari seorang wanita, “Parapat! Parapat batu! Parapatlah!”

“Kang, dengar suara itu! Itu suara dari anak kita!” kata ibu Seruni.

“Iya! Itu adalah suara Seruni!” balas ayah Seruni dalam kepanikan.

“Tapi mengapa dia berteriak: parapet, parapat batu, parapatlah?” Tanya sang Ibu.

“Aku tidak tahu! Sepertinya ada yang salah di sana,” kata sang ayah dengan cemas.

Seorang petani mencoba menerangi lobang dengan obor, tetapi dasar dari lobang sangat dalam dan tidak bisa ditembus dengan cahaya dari obor.

“Seruni, anakku! Ayah dan ibu datang untuk membantumu!” Teriak sang Ibu.

Beberapa kali mereka berteriak tapi tidak ada respon dari Seruni. Hanya terdengar suara samar-samar dari Seruni yang menyuruh batu untuk mendekat dan meremasnya.

Orang-orang di sana mencoba membantu. Satu orang memegang tali dan melemparnya ke lubang, tetapi dasar dari lubang sama sekali tidak tersentuh. Ayah seruni semakin khawatir dengan kondisi dari anak perempuannya.

“Bu, pegang obor ini!” Perintah ayah.

“Kamu mau pergi kemana?” Tanya sang Ibu.

“Aku akan ikut Seruni ke dalam lubang,” sang ayah membalas dengan tegas.

“Tidak kang, terlalu berbahaya!” Sang ibu berusaha menghentikan sang ayah.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada suara yang besar. Bumi bergetar dengan ganas dan mulut dari lobang tiba-tiba tertutup sendiri. Ayah dan ibu seruni dan semua orang berlari untuk melarikan diri. Seruni tidak bisa diselamatkan.

Setelah beberapa saat, gempa bumi itu berhenti. Tiba-tiba timbullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang wanita dan batu itu menggantung di dinding dari jurang di pinggiran Danau Toba. Penduduk local percaya bahwa batu itu adalah penjelmaan dari badan Seruni yang tertekan di dalam lubang oleh batu. Penjelmaan itu diberikan sebuah nama, yaitu “Batu Gantung”.


Beberapa hari kemudian, berita menyebar tentang kejadian yang menimpa Seruni. Orang-orang langsung berbondong-bondong ke sana untuk melihat “Batu Gantung”. Warga yang melihat kejadian itu memberitahukan orang lain bahwa sebelum lobang itu tertutup mereka mendengar suara “Parapat! Parapat Batu! Parapatlah!” Karena semua orang mengatakan kata “Parapat”, kemudian daerah itu dipanggil Parapat. Oleh karena itulah sekarang batu gantung itu disebut Batu Gantung di Parapat.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------









0 comments:

Post a Comment