Saturday, June 22, 2013

#005 Pikiran Monyet



Pada suatu hari Wasiak di sebuah wihara di Sri Lanka- pada hari itu begitu banyak orang datang ke wihara- seekor monyet datang ke wihara dari rimba, mencari-cari sesuatu untuk dimakan. Karena ada begitu banyak orang, pasti diantara pengunjung ada yang menjatuhkan sesuatu, dan para monyet begitu cekatan dalam mengambil manga atau pisang dan memakannya gratis.

Jadi kapan pun ada perayaan, para monyet selalu datang ke wihara. Monyet yang satu ini datang ke wihara saat melihat seorang biksu tengah berceramah. Lalu dia mendengar biksu itu mengucapkan “Pikiran Monyet”.

“Pikiran Monyet? Aha, ini menarik. Biksu ini sedang ceramah mengenai diriku.”

Ia pun pergi ke jendela untuk mendengarkan. Namun ia mendegar apa yang biksu ini katakan mengenai pikiran monyet: bahwa pikiran monyet itu jelek, buruk, harus dienyahkan; bahwa jika anda memiliki pikiran monyet anda bukanlah meditator dan anda harus berlatih hingga batin anda menjadi baik.

Ketika monyet ini mendengar pikiran monyet adalah hal yang jelek, ia menjadi sangat gusar. Monyet pun punya perasaan. Ia berkata, “Biksu ini! Dia melecehkan ku! Dia bilang pikiran monyet itu jelek! Apa salahnya mempunyai pikiran monyet? Toh monyet terlahir dengan batin seperti itu! Lalu kenapa sih manusia berusaha menyingkirkan pikiran monyet? Aku suka pikiran monyet! Aku akan ajukan protes pelecehan nama baik kaum monyet!”

Monyet ini kembali ke hutan, menemui pemimpin kelompoknya dan mengeluh,”Bos harusnya tadi dengar apa yang biksu di wihara itu bilang mengenai kita! Mereka bilang pikiran monyet itu buruh, jahat dan payah. Pikiran monyet harus di singkirkan! Dia merendahkan kita, dia menghina kita!”

Kemudian semua monyet lain juga jadi gusar mendengar ini. “Kita tak akan membiarkan mereka lolos begitu saja! Ini tidak bisa dibiarkan! Kita akan protes ke komisi hak asasi, amnesti internasional, dan world wildlife fund.” Lalu mereka mulai meloncat, marah, sampai pemimpin monyet menghentikan mereka.

Pemimpin monyet berseru, “Stop! Lihat kalian berlompatan liar ke sana kemari! Biksu itu benar! Itulah pikiran monyet! Meloncat kesana kemari, mengeluh setiap saat, tak bisa duduk diam!”

Seluruh monyet itu cukup arif untuk memahaminya. Mereka mengatakan, “Ya ampun! Bos benar. Pikiran monyet itu memang jelek.”Lalu mereka semua jadi murung.”Apa yang bisa kita perbuat? Kita lahir dengan pikiran monyet. Bagaimana kita bisa menyingkirkan pikiran monyet?”.

Lalu salah seekor monyet berkata,”Dengar! Aku juga pernah ke wihara itu. Aku pernah lihat cara orang-orang menyingkirkan pikiran monyet dengan meditasi. Sebagai monyet, kita juga harus bermeditasi. Saat itu batin kita akan menjadi batin yang damai dan ketika orang melihat kita, mereka juga ingin memiliki pikiran monyet yang damai. Ayo kita bermeditasi!”

Semua monyet berlompatan riang lagi, “Ya! Ayo meditasi! Mari kita meditasi!” Pemimpin monyet berteriak,”Diam semua! Itu kan pikiran monyet lagi! Terus, bagaimana cara kita bermeditasi?”

Monyet yang tadi berkata lagi,”Gampang sekali. Aku sudah melihat para biksu melakukannya. Letakkan kaki kanan mu diatas kaki kiri mu. Telapak tangan kanan mu diatas telapak tangan kiri, punggung tegak, kepala agak menunduk. Aku tak tahu apa yang mereka kerjakan berikutnya, tapi mereka duduk seperti itu untuk waktu yang lama.”

Monyet-monyet itu juga melihat para biksu duduk di atas bantal kecil, maka mereka pergi ke hutan mengumpulkan daun dan rumput, lalu membuat bantal duduk untuk mereka sendiri. Kemudian semua duduk dan itulah pertama kali monyet bermeditasi.

Mereka meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri, telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri, punggung tegak, kepala agak menunduk dan mulai bermeditasi. Rimba tidak pernah sesenyap itu. Selama satu menit..

Tiba-tiba seekor monyet menangkat tangan,”Permisi! Maaf! Aku baru saja terpikir nih! Pagi ini kita kan berencana pergi ke kebun pisang di sana lalu mencuri pisang untuk makan siang. Aku tak bisa menyingkirkan pikiran itu, pikiran itu terus mengganggu meditasiku. Jadi rencanaku seperti ini: kita pergi saja ke kebun itu dulu, curi pisangnya, selesaikan urusan itu dahulu supaya kita tidak usah memikirkan soal itu lagi.”

Para monyet lain berseru.”Ayo kita selesaikan urusan itu dulu, aku juga terpikir seperti itu lho!”

Mereka semua bangkit dari tempat duduk mereka, berlompatan dan berayun-ayun menuju kebun pisang, mencuri banyak pisang, dan membawanya kembali ke rimba. Saat itu belum tiba waktu makan siang, mereka memutuskan untuk mencuri pisang saja tapi tidak memakannya sampai waktunya. Mereka mengumpulkan pisang dalam tumpukan besar dan kembali ke alas duduk mereka.

Mereka mulai bermeditasi lagi. Rimba kembali sunyi… kali ini hanya 30 detik.

“Interupsi!Interupsi!”ujar salah satu monyet,”Aku dari tadi terpikir bahwa sebelum kita bisa makan pisang, kita kan harus menguliti pisang dahulu. Bisakah kita selesaikan urusan ini dulu?Kita tidak makan, hanya mengulitinya aja kok!”

Semua monyet setuju,”Ayo! Dari tadi akupun berpikir begitu. Ayo kupas kulit pisang.”

Mereka pun menguliti pisang-pisang itu, mereka tidak makan pisangnya, sebab belum waktu makan siang. Mereka menumpuk semua pisang itu menjadi satu tumpukan besar.

Lalu mereka kembali bermeditasi.

Baru saja mereka memejamkan mata,”mohon izin! Aku punya ide! Sebelum makan pisang kita harus memasukkannya ke mulut kita dahulu. Mari kita masukkan ke mulut kita. Bereskan hal ini, barulah kita bisa meditasi.”

“Iya, ide bagus!”seru monyet lainnya. Jadi mereka masing-masing mengambil sebuah pisang, ada beberapa yang mengambil dua atau tiga- Anda tahulah bagaimana rakusnya monyet, lalu mereka memasukkan pisang ke dalam mulut mereka, namun belum memakannya.

Mereka kembali ke bantal meditasi mereka dan mulai berme… bisakah mereka bermeditasi dengan pisang menjejal mulut mereka? Jelas tidak. Ketika semua monyet itu menutup mata, mereka semua mulai mengunyah pisang nya!
Itulah pikiran monyet! “Ayo bereskan urusan in dahulu baru aku bisa meditasi!” atau “Ayo selesaikan pekerjaan ini dahulu baru aku bisa jadi baik.”atau “Ayo dapatkan satu milyar dulu di rekening, baru aku bisa beramal.”

Tentu saja tidak begitu! Jika serba harus mengerjakan sesuatu dahulu, itu tak akan pernah selesai, kan? Apa yang benar-benar penting bukanlah makan siang tapi meditasi. Lihatlah, apa yang lebih penting? Mendapat banyak uang atau menikmati hidup? Maka yang lebih penting: menyelesaikan semua pekerjaan sebelum akhir pecan atas bersantai dan melewatkan waktu bersama keluarga?

Apa hal yang benar-benar penting dalam hidup? Anda sudah tahu kok. Melewatkan waktu bersama dalam suatu hubungan, atau menemani anak-anak anda, menjaga kesehatan anda agar tidak terlampau stress, menjadi bajik, menjadi dermawan, kehidupan spiritual anda, itulah yang benar-benar penting. Segala hal lainnya hanyalah urutan kedua.

Jika anda tahu bagaimana menjalani hal-hal penting terlebih dahulu: kebaikan, kedamaian, kasih, kedermawanan, maka hal-hal lain itu akan menyusul belakangan. Anda tidak akan menjadi seekor monyet yang hanya berayun dari satu pohon urusan ke pohon urusan berikutnya, tanpa pernah menemukan kebahagiaan dan kedamaian sejati dalam hidup.


-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Ajahn Brahm

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

0 comments:

Post a Comment