Pernah ada
penduduk desa yang baik dan sederhana, yang merupakan ayah dari empat anak
laki-laki. Dia menjaga anak-anaknya dengan baik, dan bekerja keras supaya merka
semua bisa hidup baik dan bahagia, dengan berkecukupan untuk makan tiap hari,
dan punya rumah yang nyaman untuk tinggal. Anak-anaknya punya hidup yang baik
karena ayah mereka yang baik.
Penduduk desa
yang baik ini, yang bernama Astina, senang membaca cerita-cerita suci di Bali.
Setiap malam setelah pekerjaannya selesai dan semua anak-anaknya telah diberi
makan dan diantar tidur, Astina mengambil cerita-ceritanya dan membacanya
sampai dia merasa capai dan pergi tidur sendirian. Dia percaya dalam pengajaran
dari cerita-cerita suci itu, dan mencoba mengerti dan mengikuti mereka. Supaya
dia bisa menjalankan hidup yang lebih baik.
Akan tetapi,
keempat anak Astina tidak seperti dia. Mereka tidak mengikuti kelakuan ayahnya
yang baik. Setiap hari anak-anaknya bertengkar satu sama lain atau dengan
tetangga, dan membuat begitu banyak masalah di dalam desa mereka. Ini menekan
Astina berat sekali, dan dia menghabiskan banyak malam berfikir bagaimana
mengubah anak-anak laki-lakinya. Dalam malam-malam ini Astina juga membaca
lebih banyak buku suci Bali, berharap untuk mempelajari cara untuk mengatasi
masalah dan menghentikan anak-anaknya bertengkar dari buku itu.
Suatu malam,
keempat anaknya benar-benar sangat nakal, dan Astina harus mendengarkan keluhan-keluhan
dari beberapa tetangga dalam perjalanan pulangnya ke rumah setelah seharian
kerja keras di ladang.
Astina
memutuskan itulah waktu yang tepat untuk memanggil anak-anaknya bersama dan
untuk membicarakan secara serius kepada mereka. Astina menyuruh anak-anaknya
untuk duduk. Kemudian dia pergi ke dapur dan membawa sapu lidi, yang terbuah
dari urat daun kelapa yang kuat.
Astina berkata
pada anak-anaknya, “tolong ambil sapu ini dan coba untuk mematahkannya.”
Anak bungsu
mencoba dulu, tapi dia tidak bisa mematahkan sapu yang kuat itu, karena lidi
diikat dengan sangat kuat bersama. Kemudian anak ke tiga mencoba dan gagal
juga. Kemudian anak ke dua dan anak tertua, tapi tidak ada yang bisa mematahkan
sapu.
“Sekarang,”
kata ayah mereka. “Aku akan menunjukkan kalian sesuatu.”
Dia melepaskan
ikatan pada sapu dan lidi jatuh ke lantai. Dia mengambil mereka satu per satu
dan mematahkan mereka dengan mudah.
“Lidi-lidi
dari sapu ini mudah sekali dipatahkan ketika mereka tidak diikat bersama dalam
satu ikat,” ayah yang baik itu memberitahukan anak-anaknya.
“Kita juga
sama, anak-anakku. Satu per satu, kita bisa dipatahkan, tapi ketika kita
bersama kita kuat. Kalau kita tinggal sebagai satu keluarga, kita akan bahagia.
Marilah kita hidup dalam satu kesatuan dan menjadi seperti sapu ini- dekat satu
sama lain, kuat dan bahagia.
-FIN-
Baca terjemahan Inggris di SINI
Author: Unknown
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Anda puas dengan ceritanya. Tolong di klik ya Iklan (Ad) di sebelah kanan dan bawah. Terima Kasih ^-^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 comments:
Post a Comment